Halaman

Pengikut

Senin, 22 April 2013

Sajak Monyet Remaja


DIAM ...
Karya : Ni’matul Faizah

Diam ... Diam ... hanya itu yang dapat ku lakukan
Di tengah pikuknya keramaian dunia
Ku lalui hanya dengan berdiam diri
Bukan tuk merenungi segalanya
Tapi ...
Karena ketidakkemampuanku berdiri dipanggung ini

Aku yang tak pernah diharapkan ada di panggung ini
Berusaha untuk melenggang walau pasti penuh cacian
Dunia yang kejam bukan ?
Tak menginginkanku tapi menghadirkanku
Terus saja berusaha mengelak kepada takdir
Namun namaku pasti telah terukir

Aku ...
Hanya seorang aku yang hanya bisa diam
Diombang-ambingkan lautan kehidupan
Tanpa acuan dan hanya berusaha untuk berenang
Aku ... dikubur rasa kucil yang kian memadat dalam
Yang kehilangan nafas namun tetap diberi jiwa
Yang ada walau tak ingin ada ...


Kisah Bapak Pembeli Rongsokan
Karya : Ni’matul Faizah

Lihat anakku yang tampan
Mungkin kau merasa termalukan
Dengan hidup dan pekerjaan
Untuk bapak dan kita dari Tuhan
Lihatlah anakku yang cantik
Jangan engkau merasa jijik
Dengan hutang yang berbatik
Dengan kehidupan yang belum baik
Bapak hanya pembeli rongsokan
Bapak  tak merasa terpinggirkan
Rasa malu ini telah terlenyapkan
Untukmu wahai anakku dambaan
Tiap hari ku keliling kota
Dengan  sebuah sepeda tua
Pada umur yang sudah merenta
Semangatku justru semakin membara
Harapan selalu untukmu anakku
Sungguhilah dalam menuntut ilmu
Aku tak membekalkan banyak ragu
Karena aku percaya engkau mampu
Doa tak pernah terhenti untukmu
Perhatianpun ku curahkan padamu
Sejak ibumu tiada dahulu
Telah tiada sepuluh tahun lalu
Aku tahu memang sulit
Menggapai mimpi yang berbukit
Walau terkadang terlihat pahit
Dan tercebur dalam kotornya parit
Hal terindah melihat kalian
Melihat kalian berpakaian
Berpakaian layak dan kedinasan
Telah berhasil dengan perjuangan
Jika kau melihat syair ini
Melihatnya di atas almari
Aku sudah tak di dunia ini
Aku telah lelah untuk berdiri
Telah purna tugasku
Menghantarkan kalian untuk maju
Selamat tinggal anak-anakku
Doaku selalu menyertaimu



 
Bait Cinta untuk Pleci
By : Ni’matul Faizah

Aku disini jelas memandangmu
Mengagumi indah kelincahanmu
Namun sayang sungguh disayang
Dirimu sangat sulit ku genggam

Ya ... kamu burung pleci
Hinggap kesana kemari
Tanpa kamu sadar aku ingin memilikimu
Tersingkirlah aku bagai makanan yang tak kau pilih

Burung pleciku ....
Mungkin orang-orang tertawa melihat syair ini
Syair yang ku tulis karena perasaanku padamu
Yang tak kunjung meraih suatu kepastian
Karena dirimu memang hidup bebas

Dirimu hinggap dengan lincah menyenangkan
Membuatku semakin ingin menggapaimu
Mampukah itu ?
Aku dirundung nestapa di guyur luka

Cintaku padamu Pleci ...
Tak dapat terengkuh walau dekat
Tak mampu terucap karena tak terdengar
Kau ... mungkin memang berbeda .

 
CAHAYA ( mungkin ) HIDUP
Karya : Ni’matul Faizah

Terbangkan sayangku ke alam mimpi
Karna ku tak mampu merengkuhnya lagi
Izinkan aku merasakan dirinya lagi
Mampu tuk memeluk dan menyentuh diri
Dia tlah jauh disana . . .
Sedang aku tersungkur disini
Menanti ia akan mampu berdiri lagi
Bunuh aku jika ini perlu
Ambil nyawaku jika mampu tuk bertemu
Asaku tlah luruh dalam tiap do’aku
Sabarku tlah padat karena lamanya waktu
Harapku tlah gersang karena teriknya penantian
Apalah yang harus ku lakukan tuk bisa bersua
Tuk menjamu diri , menjamu hati , membuang rindu ?
Tuhan . . .
Di antara kasih yang telah berjamur
Selalu ku tancapkan paku penantian
Berharap ia akan berdiri disisi lagi
Menghidupkan semangat yang telah pupus
Meraup harap yang tak tersiakan
(amin)



 
BAIT UNTUK AYAH IBU
Karya : Ni’matul Faizah
Mata tua itu berbinar indah
Seakan tak akan habis kebahagiannya
Tangannya yang dulu kuat memapahku
Kini sudah tak mampu lagi memegang erat tubuhnya sendiri
Andai ... aku bisa kembali  ke masa lalu
Ucapkan kata sayang agar dia mampu mendengarnya
Ucapkan kata cinta yang selalu aku pendam

Aku hanya berharap waktu itu tak pernah berlalu
Tapi waktu itu selalu menua dengan takdirnya
Dan kita tak mampu menghindarinya
Sungguh ku ingin memeluk erat tubuh tuanya
Dalam dekap hangat sesosok ibu penuh rasa
Dalam pangkuan ayah yang memopoh dengan kuatnya
Ayah ... Ibu ... ku haturkan hormat yang selama ini ku simpan
Dalam benak yang tak kuat untuk mengatakan sayang

Ku simpan sayangku ayah ibu
Tak terucap namun tertancap kuat
Maaf atas segala khilaf anakmu ini
Mungkin beribu kata maaf tak mewakili
Maafkan atas perlakuan kasarku
Dalam naungan kalbu ku mengadu
Kepada ibu ku bersua kasih rindu
Pada ayah ku bagi beban tak menentu

Ayah dan ibuku ...
Kini anakmu tlah mampu menapak
Berdiri tegak menyongsong kain pembatas
Menancapkan paku kemandirian
Mencancang tali kekokohan
Dalam kerasnya baja kehidupan
Terimakasih ayah dan ibu
Segala daya , doa dan asa dari kalian
Menghantarkanku , mendewasakanku . . .
(pikirkupun melayang , dahulu penuh kasih , teringat tentang cerita orang tentang riwayatku)


 
CINTAKU
Karya  : Ni’matul Faizah

Cinta yang baru sebagai tambatan ?
Waktu kini tak mampu jadi jawaban
Tak mampu lagi merubah keadaan
Rundungan duka selalu saja jadi hiasan
Apalah arti aku duduk dalam penantian
Penantian yang selama ini aku harapkan
Hanya sia-sia di terjang zaman
Aku tak mau lagi rapuh luruh
Aku ingin aku dapat membunuh
Membunuh rasa yang tlah kusuh
Tapi tetap saja  ku rindukanmu walau kau telah acuh
Acuh padaku yang mungkin kini tlah rapuh
Hariku yang bersih sekarang terasa keruh
Semakin lama hidupku semakin kumuh
Asaku kini tlah hilang melayang
Pupus sudah harapan penuh keyakinan
Aku sudah tak harapkan pertolongan
Ataupun kekuatan tambahan sekarang
Aku .. saat ini .. hanya ingin terdiam
Walau dalam kesunyian aku tak lagi gentar
Hatiku telah buta akan rasa apa saja
Desir angin terasa menembus ragaku
Desahnya menyentuh telinga dan kalbuku
Ragaku telah tertinggalkan oleh jiwa satu
Walau tetes airmata hiasi mata indah itu
Aku tak lagi perduli dengan semua itu !
Akan jadi apa diriku nanti dan saat itu
Tapi apakah masih ada harapan tuk ku dapatkan jiwa baru ?


Kuat ku
Karya  : Ni’matul Faizah


Aku tak ingin lagi rapuh
Walau aku tak bersamamu
Aku ingin kau nanti mau
Akuiku dan segala pencapaianku
Walau aku tak sehebat anak unggulan
Aku hanya anak biasa penuh senyuman
Tapi suatu hari nanti kau akan akuiku
Karena aku bukan anak penyerah

Dirimu bukan ancaman bagiku
Kau hanya sindirian untuk mataku
Bukan ancaman kau menghadangku
Aku yang kini tak selemah dulu
Andai kau tahu kau sekarang
Hanya kotoran kuku..
Sampaikan selamat tinggal untuk
pecundang masa lalu…


Dirimu bukan lagi hambatan..
Dirimu adalah batu loncatan
Dalam sekecil apapun kesempatan
Kau !!! Ya kau yang ada disana !
Berdiri tegaklah tanpa  lelah
Karena kau akan ku patahkan !
Kau akan ku kalahkan !!


 
Dua Cintamu
Karya : Ni’matul Faizah

Tak perlu kau coba pahami
Arti penting dan dalamnya hati ini
Aku tak mampu tuk berbagi hati
Padanya yang kini sedang kau puji
Aku lebih baik sekarang tak berarti
Daripada nanti ku harus rasakan pedih
Cintamu semukan rasa dan hati ini

Pergi ! Pergi ! Cepat pergi ! Jangan kau kembali
Aku tak ingin dan tak mampu melihatmu disini
Aku tak ingin singgah dalam situasi ini ..
Lepaskan aku dan lupakan cinta ini kasih
Kau lebih baik bersamanya daripada diri ini
Aku ingin bersamamu tapi ku tak ingin terbagi

Aku telah lelah menangis selalu
Jiwaku telah lama tertimbun ragu
Kasih yang ku cinta kini menjadi layu
Hanya bait ini tercipta untukmu
Lambangkan rasa yang sedang pilu
Ku yakini dukaku kan berlalu

Nanti ku yakinkan kan ku temukan
Penggantimu yang ku idamkan
Tak usahlah tangisku jadi hiasan
Karena ku tak ingin dipermalukan
Oleh nasib cinta yang tak karuan
Cinta darimu yang tlah terduakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar